Liputo menulis bahwa jalan akan ditutup demi "mendukung pelaksanaan program penataan stasiun Palmerah dan peningkatan keselamatan perjalanan kereta api dan pengguna jalan."
Gedung dengan jumlah warga terbanyak di kelurahan ini adalah Apartemen Permata Senayan. Gedung-gedung lain di kawasan ini adalah gedung perkantoran dan perbelanjaan. Orang tentu sedikit yang tinggal di sana.
Jalan lintas ditutup dini hari 29 November 2020. Ia hanya dilakukan "sosialisasi" selama tiga hari. Tak ada hasil riset yang dibagikan kepada warga soal penutupan jalan serta dampak dari jalur satu arah. Dinas Perhubungan tampaknya tak punya riset soal pelanggaran lalu lintas akibat jalur satu arah.
Surat ini terdiri dari empat halaman. Ia dikirimkan kepada beberapa gedung sekitar perlintasan termasuk manajemen stasiun Palmerah, sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat, SMAN 24, Persatuan Penembak Indonesia, PT Senayan National Golf, Senayan City Mall, Plaza Senayan, STC Senayan, Panin Group, Ratu Plaza, FX Sudirman, TVRI, Kompas Gramedia, Hotel Mulia, Hotel Sulthan, Hotel Century Park, Hotel Fairmont, Gelora Bung Karno dan beberapa perusahaan lagi. Semua gedung ini terletak di Kelurahan Gelora.
Ironisnya, Apartemen Permata Senayan dan Pasar Palmerah tak termasuk dalam surat pemberitahuan. Sebagai warga Kelurahan Gelora, yang akan terkena dampak dari penutupan jalan ini, saya tahu bahwa warga terbanyak dalam kelurahan ini tinggal di daerah sekitar Pasar Palmerah.
Gedung dengan jumlah warga terbanyak di kelurahan ini adalah Apartemen Permata Senayan. Gedung-gedung lain di kawasan ini adalah gedung perkantoran dan perbelanjaan. Orang tentu sedikit yang tinggal di sana.
Liputo menulis bahwa ada timeline penutupan perlintasan dengan sosialisasi pada 16-18 November, pertemuan pers pada 23-25 November, uji coba pada 27-28 November serta ditutup pada 29 November.
Dalam surat tersebut tak disebutkan hasil studi atau pertimbangan menutup jalan. Berapa orang yang meninggal karena kecelakaan di palang kereta api tersebut?
Saya sudah tinggal di daerah ini sejak 1993 dan melihat dua persimpangan ditutup: Permata Hijau dan Slipi. Saya lihat penutupan kedua persimpangan tersebut memang memudahkan motorisasi, lalu lintas kendaraan bermotor lebih lancar, namun juga membuat pelanggaran jalur satu arah meningkat. Banyak pengendara motor, yang tak mau berputar beberapa kilometer, melanggar aturan lalu lintas.
Pejalan kaki dibikin susah untuk berjalan apalagi menyeberangi rel kereta api. Beberapa kali saya menyeberang jalan di Permata Hijau. Wuh ... bahaya sekali.
Menarik untuk tahu bagaimana evaluasi terhadap penutupan jalan-jalan tersebut. Seberapa jauh ia mengurangi dampak dari motorisasi di Jakarta terutama daerah Pejompongan, Palmerah, Senayan sampai Permata Hijau.
Bagaimana dampaknya pada polusi udara? Bagaimana dampaknya pada makin sulitnya orang buat bersepeda dan berjalan kaki --dua moda transportasi yang bersahabat dengan alam-- serta dukungan dua moda tersebut terhadap pengembangan kereta api di seluruh daerah Jakarta dan pinggirannya?
Bukankah pemerintahan Gubernur Anies Baswedan mulai mengembangkan trotoar di Jakarta termasuk daerah sekitar stasiun Palmerah dan Senayan? Bagaimana dengan membangun jembatan buat penyeberang yang berjalan kaki?
Saya tentu ingin tahu lebih banyak studi guna mendukung penutupan lintasan kereta dan jalan yang menuju Pasar Palmerah. Pada 1989-1993, saya banyak belajar soal transportasi publik yang berkelanjutan dari Michael Replogle.
Sejak 1993, saya setidaknya menolong lebih dari selusin orang yang terlibat kecelakaan lalu lintas. Namun jumlah kecelakaan terbanyak bukan dari kereta api namun dari motor yang tak berhenti saat lampu merah dekat lintasan kereta api. Mereka kebanyakan menabrak penyeberang jalan atau kendaan lain.
Saya harap Gubernur Baswedan dan Liputo mau menunda penutupan jalan ini nanti malam. Buatlah konsultasi publik yang memadai. Bukalah data dan angka. Perhatikan kritik terhadap motorisasi. Pikirkan nasib pejalan kaki, pengendara sepeda pancal dan beberapa kusir dokar yang bekerja di Pasar Palmerah. Ini daerah padat. Banyak orang menyeberang jalan. Motorisasi bukan satu-satunya jawaban dari persoalan transportasi di Jakarta.
Update 29 November 2020
No comments:
Post a Comment