Pada Maret dan April 2000, ada sebuah perdebatan cukup ramai dalam dua mailing list tentang mengapa di kawasan ini tak ada media yang menurunkan laporan panjang? Kalau ada harian macam Kompas, Pikiran Rakyat, Suara Merdeka, atau majalah macam Gatra, Tempo, tapi mengapa tak ada yang setara dengan The New Yorker?
Debat ini saya picu dari Cambridge. Tapi gaungnya kemana-mana. Ada Atmakusumah Astraatmadja, Nirwan Dewanto, Yosep Adi Prasetyo alias Stanley, Biranul Anas, Wicak Sarosa dan sebagainya ikut menanggapi. Atmakusumah bilang tak mungkin genre ini berkembang di Indonesia karena media disini masih berurusan dengan survival. Stanley berpendapat tak perlu menggunakan nama "jurnalisme baru" karena itu hanya bikinan dosen-dosen komunikasi. Biranul Anas mengatakan media Jakarta urusannya duit melulu. More
No comments:
Post a Comment