Thursday, August 26, 2004
Protes terhadap Pelarangan Film Buruan Cium Gue!
Rabu dan Kamis ini ada pertemuan di Kedai Tempo, Jalan Utan Kayu 68H, Jakarta, dimana disepakati bahwa perlu ada gerakan bersama memprotes penarikan film Buruan Cium Gue! minggu lalu. Mereka yang datang membuat pernyataan ini.
Kamis sore, Riri Riza, sutradara film "Eliana! Eliana" dan "Ada Apa Dengan Cinta," membacakan pernyataan ini didampingi Ulil Abshar-Abdalla dari Jaringan Islam Liberal, Ayu Utami (novelis Saman), Prima Rusdi (penulis skenario), Rayya Makarim (penulis skenario) serta Ging Ginanjar (Aliansi Jurnalis Independen) serta Andy Budiman (radio 68H). Inilah isi dari pernyataan mereka.
Protes terhadap Pelarangan Film Buruan Cium Gue!
JAKARTA, 25 Agustus 2004 - Kami berpendapat pelarangan tidak mencerdaskan kehidupan warga Indonesia sehingga pengekangan film Buruan Cium Gue! yang diwarnai kecaman, ancaman, dan kemudian penarikan film itu dari gedung-gedung bioskop, sangat kami sesalkan.
Kami tahu bahwa dunia seni pertunjukan di Indonesia, baik film, televisi, dan pertunjukan lain, memang bermasalah dengan mutunya. Acara-acara kriminalitas di televisi Jakarta, berbagai macam kontes, reality show, sinetron, dan film, kebanyakan didominasi oleh para produser dan pemilik modal yang seleranya norak, sering melecehkan akal sehat, dan merusak profesionalisme dunia seni pertunjukan.
Namun dunia seni dan hiburan, yang memprihatinkan ini, memerlukan iklim kebebasan dan aturan main yang sehat agar bisa berkembang mutunya. Hanya dalam kebebasanlah, para seniman dan pekerja seni, bisa mengolah dan meningkatkan keterampilan serta mutu karya mereka.
Untuk itu para pelaku seni hiburan dan pertunjukan seharusnya mengambil peran yang lebih mendasar untuk meningkatkan mutu film dan televisi di Jakarta. Para pemilik modal seharusnya, selain mencari keuntungan, juga mengupayakan cara-cara untuk meningkatkan mutu, profesionalisme, dan selera para pelaku produksi seni dan hiburan.
Maka kami menentang langkah sejumlah pihak, antara lain Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Majelis Ulama Indonesia, dan KH Abdullah Gymnastiar, yang menyatakan sikap mereka terhadap film Buruan Cium Gue! melalui tekanan, bahkan ancaman, dan penghakiman sepihak, dengan mengatasnamakan "moral bangsa."
Kami juga menyesalkan langkah Lembaga Sensor Film maupun Raam Punjabi dari Multivision, yang dengan gampang menyerah pada tekanan dan ancaman itu.
Kami percaya bahwa pemberangusan terhadap Buruan Cium Gue! akan membuka jalan bagi kembalinya represi dan kesewenangan terhadap dunia kreativitas seperti yang sering terjadap pada zaman Orde Baru.
Kami berpendapat tak ada satu pihak pun yang boleh mengambil alih dan memonopoli kewenangan dalam melakukan penghukuman dan pemberangusan, atas nama apapun. Baik itu alasan politik, moral, agama, dan adat.
Kami cemas, sekali alasan itu dipakai, ia bisa dimanipulasi dan disalahgunakan setiap waktu untuk memberangus kekebasan berkarya. Ini bukan saja membahayakan kebebasan berekspresi, namun pada gilirannya, juga akan membahayakan demokrasi negeri ini.
Eksponen Pendukung Kebebasan Berekspresi (EKSPRESI),
Aat Soeratin - Pekerja seni Rumah Nusantara, Bandung
Agus Sudibyo - Wartawan
Agus Nur Amal - Tukang cerita asal Sabang, Pulau Weh
Ahmad Sahal - Freedom Institute
Akuat Supriyanto - Pengurus Aliansi Jurnalis Independen
Amanda Marahimin - Pekerja film
Andreas Harsono - Yayasan Pantau
Andy Budiman - Wartawan radio 68H
Angelina Sondakh - Mantan Putri Indonesia, Anggota DPR 2004-2009
Anugerah Perkasa - Yayasan Pantau
Aria Kusumadewa - Sutradara film
Atika Makarim - Indonesian Corruption Watch
Ayu Purwaningsih - Wartawan radio 68H
Ayu Utami - Novelis
Debra Yatim - Pengurus Yayasan Tifa
Dindon WS - Sutradara Teater Kubur
Dwi Fitria - Mahasiswa Universitas Gadjah Mada
Endo Suanda - Seniman, anggota Akademi Jakarta
Esti Wahyuni Chaeruddin - Peneliti Institut Studi Arus Informasi
Faisol Reza - Aktivis hak asasi manusia
Garin Nugroho - Sutradara
Ging Ginanjar - Pengurus Aliansi Jurnalis Independen
Goenawan Mohamad - Institut Studi Arus Informasi
Hana Makarim - Wakil Direktur Byun + Company
Harry Pochang Krishnadi - Pekerja seni Rumah Nusantara, Bandung
Hasrul Kokoh - Yayasan Pantau
Heru Hendratmoko - Direktur Program Radio Namlapanha
Indarwati Aminuddin - Yayasan Pantau
Jajang C. Noer - Pemain film, sutradara
Lasja Fauzia - Sutradara Miles Production
Leon Agusta - Penyair
Linda Christanty - Penulis cerita pendek
Longgena Ginting - Direktur Eksekutif Walhi
M. Abduh Aziz - Produser
Maria Pakpahan - Aktivis hak asasi manusia
Mira Lesmana - Sineas Miles Production
Muhammad Ichsan - Pekerja film
Muhlis Suhaeri - Yayasan Pantau
Nadiem Makarim - Mahasiswa
Nicholas Saputra - Pemain film "Ada Apa Dengan Cinta"
Nono Anwar Makarim - Yayasan Aksara
Oppie Andaresta - Penyanyi
Paul F. Agusta - Kurator film Teater Utan Kayu
Prima Rusdi - Penulis skenario
Rachland Nashidik - Direktur Program Impartial
Ratna Sarumpaet - Ketua Dewan Kesenian Jakarta
Rayya Makarim - Penulis skenario
Rieke Dyah Pitaloka - Pemain film
Riri Riza - Sutradara Miles Production
Rizal Mallarangeng - Freedom Institute
Rudi Soedjarwo - Sutradara
Santoso - Direktur kantor berita radio 68H
Sastha Sunu - Pekerja film
Shanty Harmayn - Produser
Sitok Srengenge - Penyair
Tisna Sanjaya - Pelukis
Tita Rubi - Perupa
Titien Wattimena - Pekerja film
Tony Prabowo - Komposer
Triana Sukmanita - Desainer grafis
Ulil Abshar-Abdalla - Jaringan Islam Liberal
Usman Hamid - Koordinator Kontras
Yeni Rosa Damayanti - Aktivis hak asasi manusia
* Identitas para penandatangan diberikan disini bukan untuk representasi namun sekedar keperluan identifikasi
No comments:
Post a Comment