Pada 1973 Tom Wolfe menerbitkan buku The New Journalism. Dunia jurnalisme Amerika Serikat gempar. Sebuah gerakan muncul. Ia mengawinkan disiplin yang paling keras dalam jurnalisme dengan daya pikat karya sastra. Ibarat novel tapi faktual. Ibarat novel ia mencerahkan. Suratkabar-suratkabar Amerika banyak memakai elemen-elemennya ketika kecepatan televisi memaksa mereka tampil dengan laporan-laporan yang lebih dalam dan lebih memikat daya baca.
Kini gerakan itu diperkenalkan di Indonesia. Belajar menulis dengan dalam sekaligus memikat. Dunia suratkabar Indonesia, cepat atau lambat, akan lebih banyak menerangkan ketimbang sekedar menurunkan laporan hardnews. Dunia suratkabar Indonesia takkan mampu melayani publik dengan baik bila ia tak bisa tampil lebih dalam dari apa yang dilaporkan televisi atau internet.
Waktu
Kursus ini diadakan setiap semester sekali, bulan Januari dan Juni. Kali ini diadakan 7 Juni – 18 Juni 2004 (tiap Senin, Rabu, Jumat total enam hari, disediakan sela satu hari buat pekerjaan rumah)
Tempat Yayasan Pantau, Jl. Raya Kebayoran Lama 18 CD, Jakarta
Instruktur
Janet E. Steele, profesor dari School of Media and Public Affairs, George Washington University, mengampu matakuliah jurnalisme sastrawi di sana, kini menyelesaikan buku tentang majalah Tempo, (202) 994-2004
Andreas Harsono, pernah mendapatkan Nieman Fellowship on Journalism dari Universitas Harvard, mendalami matakuliah ini selama dua semester di Harvard, kini wartawan majalah Pantau, (21) 72801163
Pendaftaran Indarwati Aminuddin 021-72801163 mobile 0818-764776
Syarat
Peserta adalah orang yang biasa menulis untuk media. Setidaknya sudah berpengalaman lima tahun. Kemampuan berbahasa Inggris dibutuhkan untuk membaca bahan-bahan bacaan. Peserta juga bersedia mengerjakan tugas-tugas dari membaca, meliput dan menulis pekerjaan rumah, dalam kursus ini. Dua minggu penuh si peserta diminta memberikan konsentrasi pada kursus. Sebaiknya si peserta tak dilibatkan dalam pekerjaan sehari-hari di kantor agar mendapatkan waktu maksimal untuk kursus ini. Peserta maksimal 15 orang agar instruktur punya perhatian memadai buat semua peserta. Pekerjaan rumah tangga tolong dibuatkan fotokopi dua kali (satu untuk peserta dan satunya untuk instruktur).
Biaya
Rp 2.5 juta termasuk makan siang dan materi termasuk buku Sembilan Elemen Jurnalisme karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel. Materi kursus non-buku kira-kira 200 halaman akan dikirim ke peserta lebih dulu untuk dibaca di rumah.
Jadwal
MINGGU PERTAMA [Janet Steele]
SESI 1 Senin 7 Juni pukul 10:00-12:00 – Pembukaan: membicarakan silabus, perkenalan, bagi tugas, dan diskusi tentang jurnalisme sastrawi, tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan reportase, melontarkan pertanyaan, menilai dokumen, mengutip sumber, membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi, kriteria dari gerakan “literary journalism.”
Bacaan: "The New Journalism" oleh Tom Wolfe; "Literary Journalism: Breakable Rules for Literary Journalists" oleh Mark Kramer; “The Girl of the Year” oleh Tom Wolfe; “Dua Jam Bersama Hasan Tiro“ oleh Arif Zulkifli dari Tempo oleh Steele dan Harsono.
SESI 2 Senin 7 Juni pukul 13:00-15:00 - Diskusi lanjutan tentang definisi jurnalisme sastrawi, dari Tom Wolfe hingga Mark Kramer, dan pengaruhnya pada perkembangan suratkabar mainstream di Amerika Serikat.
Tugas untuk Rabu: Rekamlah pembicaraan dengan seorang teman, anggota keluarga, atau seorang nara sumber, dengan tujuan bahan itu bisa dijadikan sebuah narasi (monolog). Buat transkripnya, lalu disunting sehingga enak dibaca. Topiknya bisa apa saja tapi yang bisa memikat pembaca untuk membaca narasi itu. Modelnya “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” oleh Chik Rini.
SESI 3 Rabu 9 Juni pukul 10:00-12:00 – Diskusi tentang “immersion reporting” berdasarkan karya Truman Capote "In Cold Blood."
Bacaan: Steele menyediakan beberapa bagian dari “In Cold Blood” dan “Wealthy Family, 3 of Family Slain” dari The New York Times pada 1959.
SESI 4 Rabu 9 Juni pukul 13:00-15:00 – Diskusi tentang bagaimana memanfaatkan narasi dalam berita hangat (breaking news) dengan contoh “Tikungan Terakhir” oleh Agus Sopiann dan “It’s an Honor” oleh Jimmy Breslin.
Bacaan: “Tikungan Terakhir” (laporan kematian wartawan Rudi Singgih) oleh Agus Sopian dan beberapa artikel suratkabar tentang pembunuhan Rudi Singgih serta “It’s an Honor” oleh Jimmy Breslin.
Tugas untuk Jumat: Tulislah sebuah narasi dengan gaya orang pertama ("saya") untuk menggambarkan sebuah adegan dengan menggunakan teknik Jurnalisme Baru. Gunakan model "The Armies of the Night" karya Norman Mailer sebagai contoh di mana Mailer memasukkan dirinya dalam laporannya. Bahan ini akan dibacakan di depan kelas. Panjang maksimal 2 halaman.
SESI 5 Jumat 11 Juni pukul 10:00-12:00 – Diskusi tentang pekerjaan rumah yang dibuat berdasarkan “The Armies of the Night.”
SESI 6 Jumat 11 Juni pukul 13:00-15:00 – Lanjutan dari pekerjaan rumah serta review terhadap keseluruhan sesi selama satu minggu ini.
MINGGU PERTAMA [Andreas Harsono]
SESI 7 Senin 12 Juni pukul 10:00-12:00 – Diskusi tentang jurnalisme dasar serta sembilan elemen jurnalisme dari Committee of Concerned Journalists serta kesempatan yang ditawarkan genre ini untuk pengembangan suratkabar atau majalah di Indonesia, termasuk pemakaian byline, pagar api, kolumnis dan sebagainya.
Bacaan: “The Elements of Journalism” karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel; resensinya “Sembilan Elemen Jurnalisme” oleh Andreas Harsono.
SESI 8 Senin 12 Juni pukul 13:00-15:00 – Diskusi tentang jurnalisme sastrawi: pengelolaan database, persoalan etika, pengelolaan emosi pembaca dan sebagainya.
Bacaan: "Literary Journalism: Breakable Rules for Literary Journalists" oleh Mark Kramer; "The New Journalism" oleh Tom Wolfe (bab pengantar dalam buku Wolfe berjudul The New Journalism); “Kegusaran Tom Wolfe” oleh Septiawan Santana.
Tugas untuk Rabu: Coba pikirkan bagaimana kita bisa meningkatkan minat orang membaca naskah kita? Apa yang bisa dilakukan secara pribadi? Apa yang harus dilakukan secara kelembagaan? Tuliskan dalam beberapa alinea dan nanti didiskusikan bersama.
SESI 9 Rabu 28 Juni pukul 10:00-12:00 – Diskusi tentang liputan Aceh dalam gaya bertutur dengan melihat struktur karangan, membandingkan tiga karangan berbeda dengan isu yang sama.
Bacaan: “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” oleh Chik Rini; “Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan” oleh Alfian Hamzah (Rini dan Alfian adalah alumni kursus jurnalisme sastrawi angkatan II) serta “Republik Indonesia Kilometer Nol” oleh Andreas Harsono.
SESI 10 Rabu 28 Juni pukul 13:00-15:00 – Diskusi tentang John Hersey membuat laporan “Hiroshima” yang diterbitkan majalah The New Yorker pada Agustus 1946.
Bacaan: “Hiroshima” oleh John Hersey, “Menyusuri Jejak John ‘Hiroshima’ Hersey” oleh Bimo Nugroho, dan “About Town” oleh Ben Yagoda. Satu kelompok akan dipilih untuk membaca semua bab dalam “Hiroshima” dan cerita soal laporan ini.
Tugas untuk Jumat: Membaca “The Terrorist Within” oleh Seattle Times. Diskusi akan dilakukan oleh dua kelompok. Kelompok pertama bertugas menerangkan bagian pertama dari laporan tersebut sedang kelompok kedua mendiskusikan bagian terakhir.
SESI 11 Jumat 30 Juni pukul 10:00-12:00 – Diskusi bagaimana The Seattle Times membuat laporan “The Terrrorist Within” tentang Ahmed Ressam dari al Qaeda.
Bacaan: Tiap peserta harus membaca “The Ticking Bomb” dari laporan 17 hari yang diterbitkan Seattle Times. Satu kelompok akan membaca 17 bab dalam “The Terrorist Within” dan cerita soal laporan ini.
SESI 12 Jumat 30 Juni pukul 10:00-13:30 – Penutupan serta tanya jawab serta penyerahan sertifikat [Steele dan Harsono].
2 comments:
Mas Andreas,
Saya ingin sekali mengikuti kursus narasi Pantau. Akan tetapi, di iklan yang saya baca di Playboy Magz, menyebutkan bahwa calon peserta adalah (harus?) seorang profesional. Saat ini saya tidak sedang bekerja di media manapun. Namun pernah bekerja di dua stasiun televisi selama lima tahun. Apakah hal tersebut bisa menjadi pertimbangan pengelola kursus untuk menerima saya menjadi peserta? Mohon Mas Andreas menanggapi. Terima kasih.
Akbar Thalib yang terhormat,
Maksud kami dengan kata "profesional" di iklan majalah Playboy adalah orang yang bekerja. Artinya, dia sudah punya profesi. Kursus Narasi memang lebih diarahkan kepada kaum profesional --bukan hanya wartawan.
Kursus Jurnalisme Sastrawi bersama Janet Steele, sebaliknya, diprioritaskan terutama untuk wartawan. Waktunya lebih sempit (dua minggu) dan iklannya diarahkan kepada wartawan.
Kelas Narasi waktunya lebih panjang (lima bulan). Disini ada yang bekerja sebagai pengacara, dosen, peneliti, aktivis, dokter dan sebagainya. Anda tentu saja seorang yang sudah punya profesi (wartawan). Anda bisa gabung entah di kelas Narasi atau kelas Jurnalisme Sastrawi. Terima kasih.
Post a Comment