Pada September 2004, saya berada seminggu di Pulau Miangas, sebelah utara Pulau Sulawesi, bertemu cukup banyak orang termasuk Ritta Matama, seorang guru sekolah dasar, serta Agus Tege, mantan kapita laut di Karatung, Pulau Talaud.
Saya bisa berjalan kaki di pulau kecil ini. Makan nasi dan ikan serta sambal yang pedas sekali. Saya jadi kenal dengan banyak orang. Total penduduk Miangas hanya 673 orang, menurut kapita laut (kepala pulau) Djonyor Namare.
Agus Tege adalah guru bantu khusus matematika di SDN Miangas. Dia mengajar kelas empat, lima dan enam. Sekolah dasar tersebut punya 96 murid dalam enam kelas. "Dua tahun berturut-turut, sekolah dapat bantuan daerah terpencil," katanya.
Mereka menulis sebuah puisi yang rencananya hendak dibaca depan Presiden Megawati Soekarnoputri yang rencananya hendak datang ke Miangas. Namun Megawati tak jadi hadir. Puisi ini diberikan ke saya.
Saya lama simpan salingan puisi tersebut sampai saya membuka lagi berbagai catatan saya dari Miangas. Puisi ini muncul lagi. Saya taruh dalam blog. Siapa tahu puisi bisa menambah bahan bacaan soal Miangas.
Pulau Miangas
Puisi oleh Agus Tege dan Ritta Matama
Engkau ... tidak lebih dari batu karang yang terapung di atas lautan
Engkau ... tidak lebih dari batu cadas yang tandus menghiasi Lautan Pacific.
Engkau ... terpisah dari gugusan pulau.
Engkau ... jauh dari kumpulan nusa.
Engkau ... sering dilupakan dan tidak dihiraukan oleh banyak orang.
Engkau ... sering dianggap tak berarti dan tak berguna.
Di kala topan menderu, Engkau tidak dapat didekati.
Di kala badai mengamuk, Engkau tidak dapat dikunjungi.
Namun ...
Engkau sangat berarti bagi bangsa dan negara.
Perananmu sangat berarti bagi wilayah Republik Indonesia.
Engkau sebagai batas paling utara negaraku.
Engkau sebagai titian emas perbatasan negara tetangga.
Aku kagum dengan kehadiranmu.
Aku bangga dengan kedatanganmu.
Karena engkau, mau melihat keberadanku.
Dan aku masih mendapat kasih sayangmu.
Lihatlah aku ...
Lengkapilah keberadaanku.
Jadikanlah aku anak kebanggaanmu.
Hai pemerintah bangsaku.
No comments:
Post a Comment