Sebuah stupa Buddha di Gangala Marg, Kathmandu. Ia terletak dalam sebuah halaman dengan belasan rumah susun, arsitektur tradisional Newar. Penghuninya mungkin satu marga (clan). Perempuan ini memakai sari yang indah sekali.
Saya berada di Kathmandu, Nepal, minggu ini, ikut pertemuan Human Rights Watch, sekaligus belajar sedikit soal negara kecil, yang diapit dua raksasa: Tiongkok (perbatasan dengan Tibet yang dicaplok Tiongkok pada 1949) dan India.
Nepal dulunya kerajaan Hindu, berdiri 1768, namun dibongkar pada 2008, menjadi republik. Ia membuat Nepal kerajaan Hindu terakhir di dunia sebelum bubar. Rasanya perlu belajar dari Nepal, bagaimana sebuah negara agama dibubarkan jadi republik yang sekuler. Entah berapa kuat sekulerisme ini bisa bertahan?
Saya berjalan lihat kuil Hindu dan stupa Buddha. Buddha adalah minoritas terbesar di Nepal --etnik Sherpa dan Tibet-- namun saya lihat ada sinkretisme yang tak saling klaim. Kawin mawin dengan alamiah.
Ia tentu terbantu dengan fakta bahwa Siddharta Gautama, pendiri Buddhisme, kelahiran Lumbini, sebuah kerajaan yang kini berada dalam negara Nepal, sekitar 500 tahun sebelum Masehi. Menarik sekali lihat perkembangan dua agama ini di Nepal.