SEHARIAN saya menyaksikan badai salju, kali ini dinamai Thor, di Washington DC. Praktis tak bisa kemana-mana. Saya hanya tinggal di kamar hotel, pergi sarapan dekat hotel serta makan siang di kantor Human Rights Watch, juga dekat hotel saya, Embassy Row Hotel, di kawasan Dupont Circle.
Elaine Pearson, direktur Human Rights Watch di Sydney, sekitar Dupont Circle. |
Pepohonan kena salju. |
Ada Elaine Pearson, direktur Sydney, ikutan sarapan. Kami mengobrol dengan santai karena berbagai janji pertemuan hari ini terpaksa dibatalkan. Menurut Washington Post, badai salju akan berlangsung sejak dini hari sampai sekitar pukul 19.
Bagaimana tahu salju?
Bangun pagi saya lihat salju turun dari jendela hotel. Lalu siangnya, lihat pepohonan sudah dipenuhi salju. Semua putih dan tak banyak orang di jalanan.
Minggu lalu, ketika berada di New York, suhu sampai minus 16 Celcius. Hari ini, saat salju turun, sekitar 0 Celcius. Suhu begitu tak begitu dingin. Tapi besok suhu pasti akan jatuh di bawah titik beku berhubung salju sudah jadi es, membeku di jalanan, di rumah, di pohon, ia akan membekukan cuaca juga.
Diana Parker alumnus Human Rights Watch, pernah kerja di Jakarta Globe, kini mahasiswa Ph.D. di Universitas Maryland. |
Diana bilang kalau ingat Jakarta, dia ingat makan nasi Padang, nasi bungkus dengan lauk rendang. Diana juga cerita soal liburan di Labuhan Bajo, lihat komodo di Pulau Komodo, seberang Labuhan Bajo.
Badai #Thor melanda Washington DC, salju sampai 20 cm. |
Saat salju turun, orang tentu memilih tinggal dalam rumah. Perasaan jadi galau menjalar kemana-mana. Saya bisa mengerti mengapa badai salju, yang menciptakan suasana sepi dan dingin, bikin mood orang jadi galau.
Sebaliknya, saya juga mengerti mengapa orang dari daerah salju sangat senang bila lihat sinar matahari.
Saya juga menemukan sebuah cafe yang jual hummus, makanan asal Palestina, bahannya semua dari tanaman. Ia terletak dekat hotel. Senang sekali. Bila sudah bepergian --rapat, seminar, ceramah dan sebagainya-- saya cenderung makan enak. Kebanyakan daging tentu. Bisa sarapan hummus rasanya senang sekali, seakan-akan menebus dosa makan terlalu banyak daging!
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.