SAYA tak pernah melakukan perjalanan sepadat ini. Tujuh kota dalam tiga minggu: Geneve, London, Munich, Washington DC, Berlin, Bonn, Amsterdam. Hasilnya, ya pindah dari airport satu ke airport lain. Ia juga digabung dengan perjalanan kereta api Berlin-Bonn maupun Bonn-Amsterdam. Ini belum kalau ditambah transit di Kuala Lumpur. Perjalanan yang melelahkan.
Lewat Twitter saya pakai kesempatan langka ini untuk membandingkan
internet access atau sarana wifi dari airport satu ke airport lain. Kesimpulan saya airport Washington Dulles paling baik: free, tanpa login, tanpa password, speed 3-4 MB.
Saya pakai Blackberry untuk online. Saya juga sebenarnya membandingkan pulsa telepon dari kota satu ke kota lain. Namun upaya ini gagal karena faktor-faktor pembanding terlalu rumit, termasuk kurs tukar uang maupun bunga
credit card.
Airport Geneve saya datangi tiga kali dalam tiga minggu ini. Pertama untuk tiba buat acara di UN Human Rights Council. Kedua untuk pergi dari Geneva ke Washington DC. Ketiga untuk transit dari Washington DC menuju Berlin. Internet free tapi harus login dan password. Ia tidak praktis. ©Andreas HarsonoAirport Heathrow London saya datangi dua kali. Di Heathrow tak ada internet gratis. Harus bayar pakai credit card, operator Boingo dengan bayaran 4 pound plus menjawab lima pertanyaan. Sangat tidak praktis. Heathrow paling buruk dari tujuh airport ini. ©Andreas HarsonoAiport Washington Dulles paling hebat. Internet gratis, tanpa login, tanpa password dengan speed 3-4 MByte. Harian International Herald Tribune juga disediakan gratis. ©Andreas HarsonoAirport Berlin pakai internet tapi semua harus bayar. Ia juga tidak tersedia di semua terminal. Tidak praktis. Enaknya, airport ini terletak di dalam kota. Kalau mujur bisa dapat bocoran sinyal lain. ©Andreas HarsonoAgendaGeneve dan Internet FreedomInternet and Freedom in IndonesiaBerlin Duapuluh Tahun KemudianBonn dan Beethoven
No comments:
Post a Comment