Tuan rumah saya adalah Aliansi Jurnalis Independen. Upi Asmaradhana serta Ana Rusli dari organisasi tersebut mengatur berbagai acara. Senang bisa berkunjung ke berbagai organisasi media di Makassar. Saya merasa at home bila datang ke ruang redaksi.
Saat krisis moneter 1997-1998, saya sering bolak-balik Jakarta-Makassar guna menjalankan sebuah program Institut Studi Arus Informasi. Tujuannya, membantu berbagai media untuk tetap bisa lakukan liputan walau bisnis mereka terpukul hebat. Harga kertas luar biasa tinggi.
Krisis tersebut juga membuat Presiden Soeharto mundur dan menciptakan perubahan besar di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Timor Timur dapat referendum. Aceh dan Papua juga menuntut kemerdekaan. Lantas terjadi kekerasan sektarian dan rasialisme di Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Kepulauan Maluku.
Program tersebut, oleh Goenawan Mohamad dari ISAI disebut "crash program," membuat saya sering mengunjungi beberapa kota, termasuk Makassar. Bahkan di Makassar, program itu melahirkan sebuah organisasi: Lembaga Studi Informasi dan Media Massa. Saya sempat dua kali ikut mengampu kursus penulisan lewat Elsim bersama Janet Steele dari George Washington University.
Mereka biasa menginapkan kami di Makassar Golden Hotel, berhadapan dengan laut. Ia juga dekat dengan Museum Fort Rotterdam. Mau belanja juga mudah ke Jalan Sulawesi dengan banyak pertokoan.
Kini suasana Makassar sudah berubah. Saya senantiasa terkejut bila turun dan berjalan di Makassar. Pembangunan infrastruktur di kota ini selalu saja ada yang baru.
Saya bukan orang yang jarang ke Makassar. Bahkan setiap tahun rasanya saya datang ke Makassar ... walau cuma semalam atau dua.
Ada beberapa orang menulis soal kunjungan tersebut. Menariknya, sehari sesudah saya pulang dari Makassar, rumah Upi Asmaradhana dimasuki orang.
Bedah Buku Bersama Andreas Harsono di Makassar oleh Jumadi Mappanganro
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.