Tuesday, July 15, 2008
Ramalan Akan Dibunuh
Mulanya Sapariah minta diramal dengan kartu tarot. Ansela Sarating mengeluarkan buku tarot dan setumpuk kartu. Sapariah memilih. Prosesnya berjalan sekitar 30 menit. Sapariah tanya soal pekerjaan. Aku membaca suratkabar, sesekali berkomentar, tersenyum serta mendengarkan celotehan dua kawan lama ini.
Ansela Sarating, biasa dipanggil Xela, seorang perempuan Dayak Taman. Dia bekerja di kantor bupati Kapuas Hulu di Putussibau, pedalaman Borneo. Sejak minggu lalu, Xela datang menginap di rumah kami. Dia menemani beberapa pejabat Kapuas Hulu urusan kerja di Jakarta. Ini pertama kali aku berjumpa Xela setelah lama mendengar namanya. F.C. Palaoensoeka, politikus Partai Dayak dan salah seorang yang ikut mendirikan harian Kompas, termasuk kakeknya Xela (bukan garis langsung).
Ketika dulu masih bekerja di Pontianak, Sapariah dan Xela sama-sama kerja sebagai wartawan. Sapariah kerja untuk harian Equator. Xela untuk radio Volare. Mereka juga anggota apa yang disebut Gank Jomblo, sebuah kelompok wartawati Pontianak, yang rata-rata masih single.
Menurut Nurul Hayat, seorang wartawan Antara, "Nama Gank Jomblo berawal dari pikiran Ansela Sarating. Menurutnya, kalau kami kumpul selalu ramai. Bicara mengenai liputan seperti, ekonomi, politik, hukum dan kriminal, merupakan menu sehari-hari. Tak ketinggalan, dan ini juga menjadi menu pokok perempuan: gosip dan penampilan."
Namun Xela juga dikenal sebagai "cenayang." Banyak ramalannya, baik dengan kartu tarot maupun garis tangan, terbukti dekat-dekat dengan kenyataan. Gank Jomblo sering menggunakan kesempatan kongkow untuk minta diramal Xela. Tema utama, apalagi kalau bukan ... perjodohan. "Ini main-main bah," kata Sapariah.
Di rumah kami, Xela menolak untuk meramal pernikahan. Dia bilang ini tidak baik untuk pasangan suami-isteri. Memang banyak alumni Gank Jomblo, termasuk Nurul Hayat dan Sapariah, sudah bukan Jojoba ... jomblo, jomblo bahagia. Mereka kini sudah sujojoba ... sudah tidak jomblo, tapi masih bahagia.
Masih berceloteh di meja makan, Sapariah minta aku menyodorkan tangan agar diramal Xela. Ini soal garis hidup. Aku sodorkan tangan kiri. Xela mempelajari telapak kiri. Lalu dia minta telapak tangan kanan. Aku sodorkan tangan kanan. Raut wajah Xela berubah serius. Dia minta kedua telapak dibuat sejajar tinggi. Dia pegang kedua tangan aku.
Dia bilang garis jantung aku tidak sama antara kiri dan kanan. Artinya, aku akan meninggal secara tidak wajar, tidak alamiah.
"Cara halus maupun kasar," kata Xela.
Maksud "cara halus" adalah santet sedang "cara kasar" adalah pembunuhan dengan senjata atau kecelakaan. Sapariah bilang pada Xela ini bukan hal yang mengagetkannya. Dulu sering Sapariah bergurau agar aku pakai "baju besi" setiap kali selesai bikin laporan panjang.
Suciwati, isteri almarhum Munir, juga mengingatkan aku awal tahun ini agar hati-hati. Suci dan Munir adalah kenalan lama. Munir dibunuh dengan racun dalam sebuah penerbangan Garuda route Jakarta-Amsterdam. Suci pernah memberitahu aku soal adanya orang yang tidak suka dengan laporan-laporan aku. Aku juga beberapa kali menerima ancaman, lewat telepon, SMS maupun email. Biasanya, ancaman muncul sesudah sebuah laporan terbit.
Xela bilang orang "ingin hajar" aku makin hari makin banyak. Xela bilang aku adalah "target." Makin hari makin banyak yang jadikan aku target.
Ramalan ini menutup perbincangan Sapariah dan Xela pagi ini. Aku memutuskan berbaring sebentar di kamar. Sejak bulan Mei, sesudah pulang dari Davao City, aku terkena radang tenggorokan dan merasa sering kelelahan. Aku juga terus-menerus mengajar: Jakarta, Jogjakarta dan Makassar. Ini bikin penat.
Aku pikir ramalan adalah ramalan. Aku tak takut dengan pembunuhan. Aku tahu resiko pilihan pekerjaan aku termasuk pembunuhan. Kalau ia benar-benar terjadi, aku hanya berpikir soal Norman dan Sapariah. Norman masih umur 11 tahun. Dia masih membutuhkan bimbingan dari papanya. Aku menuliskan catatan ini untuk on the record merekam ramalan Ansela Sarating. Mungkin Xela benar, mungkin Xela kurang tepat. Hanya waktu yang bisa membuktikannya. Kematian adalah manusiawi.
12 comments:
Semoga senantiasa dijaga sama Yang Kuasa, Mas..
Ramalan yang mengerikan....hmmm..
Si 'Mbah Dukun' Xela ini kalo udah turun gunung, pastinya udah ditunggu-tunggu ama klien dari wartawan ato pelaku media sampai aktivis :-) Sama ketika dia ke Jakarta kali ini, wah, setiap hari jadualnya padat. Kliennya dari pagi sampe malem masih ada :-)
Pagi itu aku ambil beberapa kartu tarot. Di antara kartu itu Xela tanya mengapa aku ambil kartu itu? Xela menunjuk kartu bergambar bulan dan di bawahnya ada gambar hewan gitu. Aku bilang, ambil aja, nih ada bulannya...(Namanya aja bebas ambil).
Lalu kata Xela," Waw, kau nih, di sekeliling kau banyak menemui manusia serigala berbulu domba."
Wah........
Dia bilang juga, tahun ini banyak kejahatan orang terungkap, banyak kejelekan dan keburukan orang mulai muncul. Tahun ini orang banyak melupakan hati nuraninya...
Ketika Xela ngomong ini aku jadi teringat hal-hal yang terjadi di nusantara belakangan ini, dari anggota DPR dan pejabat daerah yang ketangkep suap, pejabat BI yang ditahan karena tuduhan korupsi, sampai terungkapnya aksi suap menyuap di jajaran kejaksaan. Berbagai aksi busuk ini sebenarnya sudah terjadi sejak lama...Keburukan itu baru terungkap tahun ini atau tepatnya baru berani diungkap tahun ini....Wah, hebat juga ya tahun ini ...begitu pikirku....
Btw, namanya juga ramalan, ya tetap ramalan..tentu kita hidup ga boleh bergantung ramalan. Cuma buat selingan di tengah kerja serius sehari-hari, bisalah...
So, buat kakek, ga perlu khawatir...yang penting apa yang dilakukan itu baik dan benar. Insya Allah, Allah selalu melindungi. Hidup dan mati seseorang itu soal waktu aja, karena sudah menjadi sesuatu yang pasti.
So??? Tetep berjuang melalui tulisan-tulisan yah!
Saya pernah baca sebuah cerita waktu SMA. Kejadiannya di perbatasan Thailand-Vietnam sekitar tahun 1944-1945. Seorang pria kaya sekaligus kepala desa setempat diramal akan tewas mengenaskan dan 'jenazahnya bakal tak bisa ditemukan' . Keluarganya kelak akan mengira dia hilang.
Pria tersebut tidak terlalu memedulikan ramalan tersebut. Sehari-hari dia tetap beraktifitas~mengurus kampungnya plus para pengungsi. Belakangan rumahnya sendiri berubah jadi tempat penampungan.Dia taat beribadah dan sering melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya.
Lalu pada suatu hari di awal Agustus 1945, desanya diserang dari udara. (Oleh siapa, saya lupa...) Semua orang pergi mencari tempat yang aman (di lubang-lubang perlindungan atau gua-gua)~samapai salah seorang pengungsi baru sadar kalau anaknya hilang. Rupanya karena panik, dia melepaskan pegangan anaknya di tengah jalan.
Pria kepala desa yang mencari anak itu. Sewaktu ditemukan, anak itu duduk menangis di tengah jalan. Suasana chaos. Orang-orang menyelamatkan dirinya sendiri dan tidak memperhatikan anak tersebut. Pesawat udara datang,mulai menjatuhkan bom. Si pria bergegas menggendong anak itu dan berlari. Baru beberapa meter dari tempat si anak duduk menangis tadi jatuh sebuah bom: "Ssiiuut! DHOOOM!"
Seandainya pria itu terlambat sedikit saja mengambil anak itu, dia akan menggenapi ramalan 'mati mengenaskan dengan jenazah tak ditemukan'.
Perbuatan baik mengalahkan hal-hal buruk. Pria itu terus hidup sampai tua dan meninggal secara wajar.
:)
membaca comment Merlin, saya juga pengen bilang gitu: percaya dan berbuat hal-hal baik. menabur kebaikan, yang dipanen juga kebaikan. Amin.
salam sayang buat norman dan mbak Ari :)
btw, saya juga abis diramal ma temen saya pake kartu tarot. saya posting di blog satunya. saya amin-kan yang baik2, semoga terujud.
Ramalan memang tetap ramalan, tapi kadang memengaruhi pikiran juga.
Biasanya kalau ada masalah teman-teman di miun sering bilang...tetap semangat & lawan ketidakadilan!!!karena mundur...kurang kerjaan...
Salam mas buat mbak Arie dan Norman, bahagia selalu...
asyik nih baca tulisan tulisan mas harsono, semoga nyawamu ada 9 dan kerjaan mu memang berat.Apapun agamamu minta tolong sama YME setiap ada kesempatan....gue bakal doain mas harsono. www.radioamos.com
cuap cuap ah tentang blog mas harsono......di www.radioamos.com meskipun gue bukan wartawan tapi penggemar baca orang orang punya blog
Siang mas andreas...
Mas, percaya ma ramalan??
percaya gak percaya yah...
Barangkali semua tergantung mas, jangan di buat pusing biarlah waktu yang berbicara dan menentukan, mungkin harus lebih banyak berdoa, OK Gbu....
Salam
"Helenapehalinamagdalena"
Lalu kata Xela," Waw, kau nih, di sekeliling kau banyak menemui manusia serigala berbulu domba."
Melihat kondisi belakangan ini, aku jadi berpikir....rasa-rasanya ungkapan Xela ada benarnya yak he he he.....
Mas Andreas yang baik, soal ramalan kan soal ilmu pengetahuan juga. Pendekatan ilmu hasilnya bisa benar, bisa tidak. Oleh karena itu baiknya memang dijadikan warning. Yang baik dipelihara, yang buruk dieliminir.
Btw, soal mati memang tidak perlu ditakuti. Sebab kalau takut, ya tak usah hidup kan?
Saya sendiri berpandangan, bahwa mati hanya soal waktu saja. Dan kita sudah punya pengalaman mati, yakni dikala tidur (mati sementara) dan saat bersin (sepersekian detik kita mati karena tak ada aktivitas lainnya kecuali jeda).
Oleh karena itu hidup dan mati seperti soal buka dan tutup mata saja. Buka hidup. Tutup mati.
Cuma sebagai jurnalis, walau sudah mati masih ada kehebatannya. Apa? Meneruskan liputan :)
Istilah saya, liputan di alam barzakh.
Wah, liputan di alam setelah dunia so pasti seru tuh Mas :) Kita bisa liput bagaimana Bung Karno, Bung Harto dan Bung-Bung lainnya.
Perlu juga dicari jalan keluarnya nanti, di mana hasil liputan itu kelak akan dimuat? Ntar terancam dibunuh lagi....
setengah hari membaca sekelumit blog mas andreas,setengah hari belajar banyak,setengah hari juga pikiran muter muter mencerna..penutup dengan ramalan...hahaha (kecut mode on)
hhhhh...dulu pun saya pernah mempelajari tarot..ga mau komen masalah tarot,cuma satu yang bisa mentahkan..M A Z M U R
tapi..jempol deh mas..
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.