Friday, September 28, 2007
Kompas1 dan Tajuk Rencana Soeharto
Saya penasaran membaca begitu banyak kritik terhadap editorial Kompas "Menjaga Harga
Diri Bangsa." Ini saya baca di beberapa mailing list, bukan hanya pantau-komunitas atau ajisaja, tapi juga list lain.
Saya pun kirim SMS kepada beberapa kenalan di harian Kompas, termasuk pemimpin redaksi Suryopratomo. Saya tanya siapa sih penulis editorial ini? Suryopratomo tak menjawab. Kenapa editorial dengan visi "nasionalisme sempit" bisa lolos dari redaksi harian ini?
Hasilnya, saya mendapatkan jawaban bahwa penulisnya adalah Suryopratomo sendiri. "Kompas 1," ujar seorang reporter.
Sebelum naik cetak, editorial ini sempat dipermasalahkan oleh Budiman (BDM). Namun ia
lolos saja. Bre Redana (BRE) juga belakangan mengeluh. Suryopratomo yang menulis,
namun getahnya terkena semua orang Kompas.
Soal definisi, saya kira istilah "nasionalisme sempit" sudah benar, tapi ada satu lagi yang lebih tepat. Namanya, "fasisme." Editorial itu mencerminkan fasisme Orde Baru dimana "bangsa" dianggap sesuatu yang homogen. Serangan dari "pihak asing" terhadap seorang Soeharto dianggap serangan terhadap bangsa.
Ideologi ini dulu sering dibahas oleh Y.B. Mangunwijaya dan belakangan oleh Daniel Dhakidae. Sutan Sjahrir dulunya menulis pertama kali tentang trend ini pada 1945. Mangunwijaya dan Dhakidae notabene adalah orang yang sering menulis di Kompas. Mangunwijaya seorang pengagum Sjahrir. Ironisnya, bagaimana kolom-kolom Dhakidae dan Mangunwijaya ternyata tak membuat sistem redaksi Kompas bisa mencegah editorial fasistis muncul disana?
No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.