Friday, August 26, 2005
Gordon Bishop untuk Suardi Tasrif Award
Gordon Bishop pemenang AJI "Suardi Tasrif Award" 2005 telah menunjuk Joesoef Isak untuk mewakilinya dalam acara penerimaan Piala dan AJI Award di Hotel Santika hari Jumat malam 26 Agustus 2005. Joesoef Isak adalah penerbit dan editor Hasta MItra, penerima Jeri Laber International Freedom to Published Award dari PEN dan Asosiasi Penerbit Amerika (2004) dan PEN Keneally Award 2005 dari Australia.
Malam ini saya sungguh gembira berada di tengah rekan-rekan saya. Untuk pertama kali selama 40 tahun, saya berada lagi di tengah-tengah habitat saya sendiri. Saya ini adalah mantan pemimpin redaksi Merdeka, mantan ketua PWI Jakarta, mantan sekjen Persatuan Wartawan Asia-Afrika; kemudian di tahun 1965 dipecat oleh PWI, organisasi saya sendiri. Tetapi sebagai wartawan, saya tidak pernah menyebut diri saya "mantan wartawan". Profesi wartawan melekat sepanjang hidup saya, sama seperti pemeo "An Old Soldier Never Die", an old jurnalist juga never die.
Saya gembira diminta oleh Gordon Bishop mewakilinya malam ini untuk menerima "Suardi Tasrif Award" yang dianugerahkan oleh AJI kepadanya. Keputusam AJI ini saya anggap tepat, Gordon Bishop saya kenal sebagai seorang idealis yang punya obsesi kepada hak-hak azasi manusia, terutama menyangkut transparansi informasi dan akses bagi publik terhadap semua informasi yang ada.
Kira-kira dua-puluh tahun yang lalu Gordon Bishop pernah tinggal di Indonesia, dia mempunyai istri seorang Jawa cantik yang sangat dicintainya, dan mempunyai anak perempuan yang sekarang sudah memasuki universitas di New York. Gordon dan anaknya, Naomi, pulang ke Amerika setelah istrinya meninggal dalam kecelakaan mobil di Jawa.
Gordon Bishop sudah lama mengidap penyakit kanker, salah satu bola matanya terpaksa dibuang karena kanker itu. Dua-tiga bulan yang lalu kaki kanannya, mulai dari pangkal paha harus diamputasi karena kanker ganas rupanya masih menggerayangi tubuhnya. Dia menerima berita lewat email dan telepon tentang terpilihnya dia sebagai pemenang Suardi Tasrif Award 2005, tepat ketika sedang bersiap-siap untuk ke rumah-sakit mencek kondisi badanya setelah amputasi kaki kanan itu. Reaksi Gordon Bishop luar biasa gembiranya ketika mendengar keputusan AJI tersebut. Baginya AJI Award lebih besar artinya daripada Pullitzer Prize katanya.
Saya sendiri yang kenal Gordon Bishop secara pribadi menyebut Gordon Bishop sebagai "the undefeatable" orang yang tak tertaklukkan. Dia tidak pernah takluk ketika dengan gigih menyebar berita mengenai Indonesia semasa rejim Suharto lewat websitenya yang terkenal di seluruh dunia, dan dia juga tidak mau takluk menghadapi kanker ganas yang menyerang tubuhnya.
Sedikit cerita tambahan tentang Gordon Bishop. Dia berasal dari keluarga kaya di Amerika, akan tetapi dia sendiri tidak punya apa-apa. Ketika keluarganya bertanya kepadanya apa yang dia perlukan, bantuan apa yang bisa diberikan kepadanya, Gordon yang mengidap kanker menjawab: "My last wish is to help the Indonesian people to topple down Suharto!" Maka keluarganya memberikan perlengkapan komputer untuk mendirikan "Joyo Indonesia News Service" dengan website-nya yang terkenal.
Seluruh dunia kemudian semasa rejim Suharto mendapatkan supply berita-berita transparan mengenai situasi Indonesia dalam bahasa Inggris, sebuah nara-sumber alternatif tentang situasi politik-sosial-ekonomi Indonesia. Dia memakai kependekan nama Joyo dari Joyoboyo, yang menurut Gordon bagi banyak orang Indonesia terutama Jawa dikenal sebagai pujangga besar yang meramal datangnya perubahan di Nusantara.
Joesoef Isak kemudian membacakan acceptance speech yang diterima lewat email, dengan permintaan khusus dari Gordon agar sambutannya diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Sambutan Gordon Bishop atas penerimaan Suardi Tasrif Award:
Saya sangat bangga dan merasa terhormat menerima "Suardi Tasrif Award" ini, untuk itu saya sampaikan penghargaan setulus-tulusnya dari lubuk hati saya yang sedalam-dalamnya kepada pengurus AJI dan secara individual kepada satu-demi-satu anggota AJI. Saya sepenuhnya sadar atas perjuangan dan pengorbanan jurnalis Indonesia dalam pertarungan mereka demi kemerdekaan pers dan kebebasan-kebebasan lainnya - dan saya ingin mengabdikan penerimaan Award ini kepada para jurnalis yang telah dibunuh, disiksa, dihinakan berikut juga kepada keluarga mereka dan orang-orang yang mereka cintai - oleh kediktatoran militer Suharto.
Begitu pun saya abdikan Award ini kepada para jurnalis pemberani yang meneruskan perjuangan demi jurnalisme independen, kepada mereka yang masih terus mengusahakan peningkatan kepiawaian dan pengaruh jurnalisme
di Indonesia.
Hati sanubari dan semangat saya berada bersama kalian yang melanjutkan perjuangan demi tujuan akhir kebebasan, di mana tidak akan ada lagi penindasan dan pelecehan, pada saat kaum yang diinjak-injak dan yang lemah dengan tegas menegakkan hak-hak mereka yang sah -sebab itulah sasaran-sasaran yang tidak akan bisa diraih tanpa para jurnalis independen, seperti apa yang kalian semua kerjakan sebagai anggota AJI.
Terimakasih sebesar-besarnya untuk pemberaian Award ini!!!
Saya sangat sangat menyesal tidak bisa tampil pribadi di tengah-tengah kalian, akan tetapi saya ada bersama kalian dalam spirit dan dalam harapan untuk suatu Indonesia dan dunia yang lebih baik di masa depan.
Salam damai dan hangat!
Gordon Bishop untuk Joyo "Indonesia News Service"
New York City, August 26 - 2005.
No comments:
Post a Comment