Kursus ini mengingatkan saya kembali pada disiplin jurnalistik yang kadangkala tenggelam dalam rutinitas kerja. Kursus ini melatih saya membangun cerita, mulai dari ide dasar sampai kerangka, sehingga saya lebih mudah menerjemahkannya dalam perencanaan produksi televisi.
Tomi Satryatomo, produser Trans TV Jakarta
Kursus ini kalau bisa ditingkatkan intensitas pelaksanaannya maka ... genre ini akan jadi salah satu jawaban meningkatkan mutu jurnalisme di Indonesia.
Juwendra Asdiansyah, wartawan Teknokra, Lampung
PADA 1973 Tom Wolfe menerbitkan buku The New Journalism. Dunia jurnalisme Amerika Serikat gempar. Sebuah gerakan muncul. Ia mengawinkan disiplin yang paling keras dalam jurnalisme dengan daya pikat karya sastra. Ibarat novel tapi faktual. Ibarat novel ia mencerahkan.
Suratkabar-suratkabar Amerika banyak memakai elemen-elemennya ketika kecepatan televisi membuat mereka tampil dengan laporan-laporan yang lebih dalam dan analitis. Kini gerakan itu diperkenalkan di Indonesia. Belajar menulis dengan dalam sekaligus memikat.
Pantau mulai memperkenalkan genre ini dalam kursus jurnalisme sastrawi pada 2001. Awalnya, 15 orang ikutan. Jumlah ini dianggap optimal untuk sebuah metode pelatihan yang berlangsung dua minggu (12 kali pertemuan) dan tiap sesi dibikin santai, semi formal dan peserta bisa berdiskusi luas.
Selanjutnya, kursus ini berlangsung tiap Januari dan Juni, dengan peserta tetap 14-18 orang. Total, Pantau telah menyelenggarakan enam kali kursus dengan total alumni 98 orang, sponsor termasuk Kedutaan Amerika Serikat di Jakarta serta Ford Foundation.
Harian Bisnis Indonesia (Jakarta), Pikiran Rakyat (Bandung), Suara Merdeka (Semarang), Riau Pos (Pekanbaru), tabloid Wanita Indonesia, Trans TV, Kelompok Kompas Gramedia, majalah Tempo, Koran Tempo, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Pedoman Rakyat (Makassar), adalah media yang pernah mengirimkan wartawan atau redakturnya ikut kursus ini.
Modul serta gaya ini juga dipakai oleh media lain, antara lain, tabloid Teknokra (Universitas Lampung) dan majalah Hayam Wuruk (Universitas Diponegoro, Semarang), untuk wartawan mahasiswa.
INSTRUKTUR
JANET STEELE Associate profesor dari George Washington University, mengajar mata kuliah narrative journalism. Steele tinggal bolak-balik Washington DC dan Jakarta, kini sedang menyelesaikan bukunya tentang majalah Tempo.
ANDREAS HARSONO Ketua Yayasan Pantau, pernah bekerja di beberapa media international, memenangi beberapa penghargaan internasional di bidang jurnalisme, pada 1999-2000 ikut kuliah penulisan narasi ketika jadi Nieman Fellow on Journalism di Universitas Harvard. Kini Harsono sedang menyelesaikan buku tentang kebangsaan Indonesia.
LINDA CHRISTANTY Bekerja di Common Ground, pernah jadi redaktur majalah Pantau, meraih penghargaan sebagai penulis muda berbakat dari Kompas pada 1989, mendapat Khatulistiwa Award untuk kumpulan cerita pendek “Kuda Terbang Mario Pinto” pada 2004. Kini Christanty sedang menulis novel tentang perburuhan di Indonesia.
PENDAFTARAN
Anugerah Perkasa
Mobile +62 852 28004900
Email: aperkasa2002@yahoo.com
Syarat:
Peserta adalah orang yang biasa menulis untuk media. Setidaknya sudah berpengalaman lima tahun. Kemampuan berbahasa Inggris dibutuhkan untuk membaca bahan-bahan bacaan. Peserta juga bersedia mengerjakan tugas-tugas membaca, meliput dan menulis pekerjaan rumah.
Dua minggu penuh si peserta diminta memberikan konsentrasi pada kursus. Sebaiknya peserta tak dilibatkan dalam pekerjaan sehari-hari di kantor agar mendapatkan waktu maksimal untuk kursus ini.
Peserta maksimal 18 orang agar instruktur punya perhatian memadai buat semua peserta. Pekerjaan rumah tangga tolong dibuatkan fotokopi dua kali (satu untuk peserta dan satunya untuk instruktur).
Biaya:
Rp 2,5 juta termasuk makan siang dan materi kursus non-buku kira-kira 200 halaman. Biaya pendaftaran transfer ke rekening Yayasan Pantau, Bank Mandiri, Cabang Kebayoran Lama, No. 128.00.0435019.2. Bukti pembayaran dikirimkan melalui fax dengan nomor: +62 21 722 1031
SILABUS
MINGGU PERTAMA
SESI 1, Senin 10 Januari 2005 pukul 10:00-12:00 --Pembukaan: membicarakan silabus, perkenalan, bagi tugas, dan diskusi tentang jurnalisme sastrawi, tentang prinsip-prinsip dasar dalam melakukan reportase, melontarkan pertanyaan, menilai dokumen, mengutip sumber, membedakan mana yang fakta dan mana yang fiksi, kriteria dari gerakan “literary journalism.”
Bacaan: "The New Journalism" oleh Tom Wolfe; "Literary Journalism: Breakable Rules for Literary Journalists" oleh Mark Kramer; “The Girl of the Year” oleh Tom Wolfe; “Dua Jam Bersama Hasan Tiro“ oleh Arif Zulkifli dari Tempo oleh Janet Steele, Andreas Harsono, Linda Christanty.
SESI 2,Senin 10 Januari 2005 pukul 13:00-15:00 --Diskusi lanjutan tentang definisi jurnalisme sastrawi, dari Tom Wolfe hingga Mark Kramer, dan pengaruhnya pada perkembangan suratkabar mainstream di Amerika Serikat.
Tugas untuk Rabu: Rekamlah pembicaraan dengan seorang teman, anggota keluarga, atau seorang nara sumber, dengan tujuan bahan itu bisa dijadikan sebuah narasi (monolog). Buat transkripnya, lalu disunting sehingga enak dibaca. Topiknya bisa apa saja tapi yang bisa memikat pembaca untuk membaca narasi itu. Modelnya “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” oleh Chik Rini.
SESI 3, Rabu 12 Januari 2005 pukul 10:00-12:00 --Diskusi tentang “immersion reporting” berdasarkan karya Truman Capote "In Cold Blood."
Bacaan: Steele menyediakan beberapa bagian dari “In Cold Blood” dan “Wealthy Family, 3 of Family Slain” dari The New York Times pada 1959.
SESI 4, Rabu 12 Januari 2005 pukul 13:00-15:00 --Diskusi tentang bagaimana memanfaatkan narasi dalam berita hangat (breaking news) dengan contoh “Tikungan Terakhir” oleh Agus Sopiann dan “It’s an Honor” oleh Jimmy Breslin.
Bacaan: “Tikungan Terakhir” (laporan kematian wartawan Rudi Singgih) oleh Agus Sopian dan beberapa artikel suratkabar tentang pembunuhan Rudi Singgih serta “It’s an Honor” oleh Jimmy Breslin.
Tugas untuk Jumat: Tulislah sebuah narasi dengan gaya orang pertama ("saya") untuk menggambarkan sebuah adegan dengan menggunakan teknik Jurnalisme Baru. Gunakan model "The Armies of the Night" karya Norman Mailer sebagai contoh di mana Mailer memasukkan dirinya dalam laporannya. Bahan ini akan dibacakan di depan kelas. Panjang maksimal 2 halaman.
SESI 5, Jumat 14 Januari 2005 pukul 10:00-12:00--Diskusi tentang pekerjaan rumah yang dibuat berdasarkan “The Armies of the Night.”
SESI 6, Jumat 14 Januari 2005 pukul 13:00-15:00 --Lanjutan dari pekerjaan rumah serta review terhadap keseluruhan sesi selama satu minggu ini.
MINGGU KEDUA
SESI 7, Senin 16 Januari 2005 pukul 10:00-12:00--Diskusi tentang buku “The Elements of Journalism” karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel serta mencari tahu di mana letak jurnalisme sastrawi dalam sembilan elemen itu. Diskusi tentang bagaimana menggunakan jurnalisme sastrawi dalam liputan suratkabar di mana kejadian utamanya masih hangat terjadi. [Andreas Harsono].
SESI 8, Senin 16 Januari 2005 pukul 13:00-15:00--Bacaan: “The Elements of Journalism” karya Bill Kovach dan Tom Rosenstiel; resensinya “Sembilan Elemen Jurnalisme” oleh Andreas Harsono. Diskusi tentang jurnalisme sastrawi: pengelolaan database, persoalan etika, pengelolaan emosi pembaca dan sebagainya.
Bacaan: "Literary Journalism: Breakable Rules for Literary Journalists" oleh Mark Kramer; "The New Journalism" oleh Tom Wolfe (bab pengantar dalam buku Wolfe berjudul The New Journalism); “Kegusaran Tom Wolfe” oleh Septiawan Santana.
Tugas untuk Rabu: Coba pikirkan bagaimana kita bisa meningkatkan minat orang membaca naskah kita? Apa yang bisa dilakukan secara pribadi? Apa yang harus dilakukan secara kelembagaan? Tuliskan dalam beberapa alinea dan nanti didiskusikan bersama.
SESI 9, Rabu 18 Januari 2005 pukul 10:00-12:00--Diskusi tentang liputan Aceh dalam gaya bertutur dengan melihat struktur karangan, membandingkan tiga karangan berbeda dengan isu yang sama.
Bacaan: “Sebuah Kegilaan di Simpang Kraft” oleh Chik Rini; “Kejarlah Daku Kau Kusekolahkan” oleh Alfian Hamzah (Rini dan Alfian adalah alumni kursus jurnalisme sastrawi angkatan II) serta “Republik Indonesia Kilometer Nol” oleh Andreas Harsono.
SESI 10, Rabu 18 Januari 2005, pukul 13.00 – 15.00--Diskusi tentang John Hersey membuat laporan “Hiroshima” yang diterbitkan majalah The New Yorker pada Agustus 1946.
Bacaan: “Hiroshima” oleh John Hersey, “Menyusuri Jejak John ‘Hiroshima’ Hersey” oleh Bimo Nugroho, dan “About Town” oleh Ben Yagoda. Satu kelompok akan dipilih untuk membaca semua bab dalam “Hiroshima” dan cerita soal laporan ini.
Tugas untuk Jumat: Membaca “The Terrorist Within” oleh Seattle Times. Diskusi akan dilakukan oleh dua kelompok. Kelompok pertama bertugas menerangkan bagian pertama dari laporan tersebut sedang kelompok kedua mendiskusikan bagian terakhir.
SESI 11, Jumat 20 Januari 2005, pukul 10:00-12:00-- Diskusi bagaimana The Seattle Times membuat laporan “The Terrrorist Within” tentang Ahmed Ressam dari al Qaeda.
Bacaan: Tiap peserta harus membaca “The Ticking Bomb” dari laporan 17 hari yang diterbitkan Seattle Times http://seattletimes.nwsource.com/news/nation-world/terroristwithin/chapter11.html. Satu kelompok akan membaca 17 bab dalam “The Terrorist Within” dan cerita soal laporan ini
SESI 12, Jumat 20 Januari 2005, pukul 13.00 – selesai. Penutupan serta tanya jawab serta penyerahan sertifikat [Linda Christanty dan Harsono].
No comments:
Post a Comment