Dari siaran internasional Radio Australia pagi ini saya mendengar bahwa kemarin telah dibentuk organisasi wartawan tandingan sebagai reaksi terhadap PWI yang dinilai tidak becus memperjuangkan nasib wartawan Indonesia.
Organisasi wartawan yang diberi nama Asosiasi Jurnalis Independen (AJI) (Association of Independent Journalists) ini nampaknya adalah reaksi terhadap pembreidelan dua majalah dan satu tabloid berita baru-baru ini.
Wartawan Radio Australia di Jakarta mewawancarai pegiat hak-hak azasi manusia, Dr. Arief Budiman, yang hadir dalam pertemuan itu.
Berikut keterangan Dr. Arief Budiman, "Semangat para peserta sangat tinggi. Mereka membicarakan banyak hal, termasuk konsekuensi dari terbentuknya AJI ini. Mereka juga telah mengeluarkan statemen yang menolak setiap bentuk campur tangan pemerintah dalam organisasi profesi wartawan, termasuk menolak adanya wadah tunggal untuk wartawan".
Menurut Radio Australia, sudah sekitar 50 orang wartawan yang tercatat sebagai anggota AJI ini.
Diperkirakan kebanyakan anggota AJI adalah wartawan-wartawan yang majalah/tabloid-nya diberangus tempo hari.
Dari Siaran Reuter - Amerika pagi ini saya baca, bahwa Goenawan Mohamad, pemimpin redaksi TEMPO (alm.) telah menegaskan komitmen AJI untuk membawa pemerintah ke pengadilan karena tindakan pembreidelan yang dilakukan itu.
Radio Australia juga memberitakan, bahwa seorang konglomerat yang dekat dengan pihak penguasa telah menawarkan untuk membeli TEMPO -- namun belum mendapat tanggapan dari pemilik TEMPO.
From MAIL_SUMULE@uqvax.cc.uq.oz.au
Mon Aug 8 19:34 EDT 1994
Date: Tue, 09 Aug 1994 09:33:37 +1000 (AEST)
Subject: PWI Tandingan
To: apakabar@clark.net
AGUS SUMULE
A.SUMULE@cc.uq.edu.au
AGRICULTURE
The University of Queensland
Telephone +61 7 870 9996
Facsimile +61 7 365 1199
Brisbane Qld 4072 AUSTRALIA
No comments:
Post a Comment